Thursday, March 12, 2009

A Short Tale of Earthlings, Their Masters, and the Tongue

Have one ever feel powerful when one utters something beyond comprehension of the ears that listen? Be those utterances are only simple greetings or statements, or perhaps an explanation for a chord of complex mathematical formulas, the speaker of the tongue, because of the obscurity of his or her speech to the one who lends his or her ears, had managed to confound the attentive ears. Who love to be confounded, intentionally or unintentionally? It takes more than a time to lend those ears and yet the return of those priceless investment is confusion and incomprehension!

On the side of the tongue that speaks, perhaps he or she may possess deep understanding about the words he or she utter. But because of his or her alien tongue, how on earth and its unfortunate earthlings to understand a crumb of what he or she is saying? To guess the earthlings may, but not for long because guessing alone would only lead to a labyrinth which the earthlings will never find a way to escape. In the end, the earthlings will decide to just be content to sit in the labyrinth, or made to be contented, just because of the endless incomprehensible twists of their Master's tongue.

Such is the pride of their Master: to keep their high ideals and piles of golds and the thrones upon themselves. Such obscure utterances are their pride even though the utterances are in fact of lesser utterances among many utterances. Yet, they strive to adopt those Grand Words despite their earthlings' total lack of comprehension of those words! To be as grand as them the Master convinced the earthlings, and the earthlings nodded without questions - an empty nod of course.

Ten dials have passed and the earthlings are as they were : obscured by their Masters' tongue, envying the Martians who are now far more sophisticated than they are. Of course the Martians still speaks Martians, but the difference is that the Martians can utter the Grand Words with ease, along with other lesser Words. Then few of the earthlings that know staged up an uprising to the Master, demanding restoration of their earthly tongue, leaving the Masters' challenged of his/her wisdom.

Still, the saga continues...

(Unfinished story...)

Tuesday, March 3, 2009

Dengarkan Apabila Malique dan M. Nasir Berprosa

Mereka datang dari latar irama yang sangat berbeza,
Tapi dalam dendangan ini mereka berdua,
Dengarlah wahai rakan dan saudara,
Sangat tajam sindiran dan dalam maksudya.



Mantera Beradu

Masih belum sempurna..

Gerakkan Hati... Hati gerakkan...
Pandanglah aku.. aku lah dia..

kulitku tebal.. ku kebal.. ingatku kebal..
hanya berbual makan angin kembung perut mual...
resah dan tidak senang.. hidup tak pernah lenang..
ku schizo paranoia takut pecah tembelang

pecah tembelang... peta dah hilang...
bangau dah pulang... suara sumbang..

lidahku kaku tak selicin kuku
teman baikku buku
bini ku pena.. tak pernah lena
aku suka mengintai pantang ditenung
berakhir pertelingkahan dalaman
pasti belum

ikut gerak hati.. pena melayang
dilihat dua layang pandang
tak lah sekarang
takat meradang
tanya.. abang gedang, apa barang?
badan macam badang
main macam belakang parang

kuhunuskan keris musuh ada pistol
tradisi kekalkan adaptasi harus betul
tujuh baris keramat tujuh garis penamat
baik berpada biar jahat asal selamat

ramai saudaraku yang baik telah dipijak

awan mendung yang berarak
bawa tangis bawa resah
rebah rindu yang terkumpul
semua birat dan kalimah
semua janji yang terikat
lebur disisimu

yo ijazah terbaik datangnya dari jalanan
dari pengalaman bercakap dan bersalaman
konflik motivasi cuba medatasi
positif dan benci jadi inspirasi pagi

peduli itu interpretasi basi pekakkan sebelah
halang biar keduanya muka cantik
soalan bodoh yang ditanya jadi melodinya
lebih hina dari zina

lu bikin dosa ku bikin prosa
testosterone testarosa
citacita sosa kl kl kosa nostra
jalan berliku ku harung roller coaster
gah sentosa tiada penyesalan
luas pandangan jauh dah berjalan
tak sempurna masih ada kejanggalan
gagal merancang, merancang kegagalan

kucing bawa tidur rimau bawa igau
masuk tempat orang bawa otak bukan pisau

naik bukit angkuh cakap ayah jangan risau
turun bukit pucat dengar tiga miaww
kucing bawa tidur rimau bawa igau
masuk tempat orang bawa otak bukan pisau
tolak pintu gua tiga kerat tenaga
kosong tak dijaga sampai datang tiga naga
ingat nak berlaga tapi tak kan boleh menang
menang dengan otak tak mesti dengan pedang

sebelum jadi bangkai ikan koi renang renang
pura pura salah jawapan untuk naik berang
panggil lima kawan atau biar pergi laju
risaukan pekara remeh kita tak akan maju
muka sama hijau hati siapa tahu
merah dah menyala pasti mati siapa mahu
gagap tiga kali bercakap benar saja
bulan terang ramai yang keluar buat kerja

panjat pokok buluh cari tukun air terjun
naik sampai nampak dah terpegun turun
tiga ular ikut lompat atau paut
kalau lari mati jika jerut maut

puisi hati mu... hati mu puisi
palu hati ku palu hatiku

kulit tak besalin walau saling ganti baju
pandang sini pandang sini
ku berbahasa baku kata kata nahu
himpun jadi satu
mantera beradu dengan irama dan lagu

akhirnya sempurna....